Piala Afrika 2023 - Timnas Gambia Alami Insiden Horor di Pesawat, Kematian Massal Nyaris Terjadi
Insiden mengerikan baru saja terjadi jelang penyelenggaraan Piala Afrika 2023 yang akan digelar di Pantai Gading.
Insiden tersebut melibatkan salah satu peserta Piala Afrika edisi kali ini, yakni Timnas Gambia.
Dilansir BolaSport.com dari Metro.co.uk, para pemain dan staf pelatih Timnas Gambia hampir mengalami kejadian nahas di dalam pesawat yang mereka tumpangi.
Hal itu disampaikan oleh bek tengah Timnas Gambia, Saidy Janko, pada akun Instagram pribadinya.
Janko menceritakan bagaimana keadaan mencekam di dalam pesawat yang mereka tumpangi karena kehabisan oksigen.
Awal mula kejadian itu terjadi ketika para pemain dan staf Timnas Gambia akan berangkat ke Pantai Gading melalui Bandara Banjul di ibu kota Gambia.
Saat lepas landas, udara panas mulai terasa di dalam kabin pesawat. Para pemain dan staf pelatih mengeluhkan kondisi tersebut kepada awak pesawat. Awak pesawat pun mencoba menenangkan para pemain dan staf bahwa pendingin ruangan akan segera menyala setelah lepas landas. Namun, setelah pesawat sudah mengudara, pendingin ruangan tidak kunjung menyala dan membuat kabin terasa sangat panas. Kadar oksigen di dalam kabin penumpang pun semakin menipis dan membuat para pemain serta staf pelatih mulai mengalami pusing dan sesak napas. Ada beberapa pemain yang bahkan pingsan karena kondisi tersebut. Untungnya, pilot yang bertugas cepat tanggap melihat kondisi bahaya tersebut. Pilot memutuskan untuk putar balik dan melakukan pendaratan darurat di Bandara Banjul untuk mengevakuasi para pemain dan staf pelatih Timnas Gambia.
"Setelah menempuh perjalanan selama 32 jam dari Arab Saudi ke Gambia dengan singgah di Istanbul dan Casablanca, kami seharusnya terbang dari Gambia ke Pantai Gading untuk mengikuti AFCON hari ini," ujar Janko. "Begitu kami memasuki pesawat kecil yang disewa untuk menerbangkan kami, terasa hawa panas luar biasa yang membuat kami berkeringat." "Kami diyakinkan oleh para kru pesawat bahwa pendingin udara akan dinyalakan begitu berada di udara." "Suhu panas yang tidak manusiawi bercampur dengan kekurangan oksigen membuat banyak orang mengalami sakit kepala yang parah dan pusing yang luar biasa." "Selain itu, orang-orang mulai tertidur lelap beberapa menit setelah pesawat lepas landas." "Saat berada di udara, situasi semakin memburuk sehingga membuat pilot tidak memiliki pilihan selain melakukan pendaratan darurat di Bandara Banjul sembilan menit setelah lepas landas. Hal itu berhasil dilakukan." "Jika bukan karena hal ini, konsekuensinya bisa saja jauh lebih buruk! Mengetahui apa yang bisa terjadi, jika kami terpapar pada situasi ini lebih lama lagi di dalam pesawat, kehabisan oksigen." "Kami bersyukur bahwa semua orang dalam keadaan sehat namun ini adalah situasi yang harus diatasi menjelang AFCON karena ini hanya salah satu kendala kami dalam tugas internasional." "Ini tidak dapat diterima dan harus segera dihentikan," lanjut eks pemain muda Manchester United tersebut. Pelatih Timnas Gambia, Tom Saintfiet, mengaku sangat bersyukur bisa selamat. Saintfiet menyebut bahwa dia dan tim asuhannya bisa saja meninggal bersamaan apabila penerbangan terus dilanjutkan. "Kami bisa saja mati. Kami semua tertidur dengan cepat. Saya juga. Saya bermimpi buruk tentang bagaimana hidup saya berakhir. Sungguh," kata Saintfiet. "Setelah sembilan menit, pilot memutuskan untuk kembali karena tidak ada pasokan oksigen." "Beberapa pemain tidak segera bangun setelah mendarat." "Kami hampir saja mengalami keracunan karbonmonoksida. Setengah jam lagi terbang dan kami semua akan mati," imbuhnya. Sampai saat ini, pihak penerbangan, Air Cote d'Ivoire, masih mencari solusi untuk membawa Timnas Gambia terbang ke Pantai Gading. Piala Afrika 2023 sendiri akan dimulai pada Sabtu (13/1/2024) waktu setempat atau Minggu dini hari WIB. Pertandingan pertama Piala Afrika 2023 akan mempertemukan Pantai Gading dengan Guinea-Bissau. Sementara itu, Timnas Gambia baru akan bermain melawan Senegal pada Senin (15/1/2024).
PRIA4D
Saat lepas landas, udara panas mulai terasa di dalam kabin pesawat. Para pemain dan staf pelatih mengeluhkan kondisi tersebut kepada awak pesawat. Awak pesawat pun mencoba menenangkan para pemain dan staf bahwa pendingin ruangan akan segera menyala setelah lepas landas. Namun, setelah pesawat sudah mengudara, pendingin ruangan tidak kunjung menyala dan membuat kabin terasa sangat panas. Kadar oksigen di dalam kabin penumpang pun semakin menipis dan membuat para pemain serta staf pelatih mulai mengalami pusing dan sesak napas. Ada beberapa pemain yang bahkan pingsan karena kondisi tersebut. Untungnya, pilot yang bertugas cepat tanggap melihat kondisi bahaya tersebut. Pilot memutuskan untuk putar balik dan melakukan pendaratan darurat di Bandara Banjul untuk mengevakuasi para pemain dan staf pelatih Timnas Gambia.
"Setelah menempuh perjalanan selama 32 jam dari Arab Saudi ke Gambia dengan singgah di Istanbul dan Casablanca, kami seharusnya terbang dari Gambia ke Pantai Gading untuk mengikuti AFCON hari ini," ujar Janko. "Begitu kami memasuki pesawat kecil yang disewa untuk menerbangkan kami, terasa hawa panas luar biasa yang membuat kami berkeringat." "Kami diyakinkan oleh para kru pesawat bahwa pendingin udara akan dinyalakan begitu berada di udara." "Suhu panas yang tidak manusiawi bercampur dengan kekurangan oksigen membuat banyak orang mengalami sakit kepala yang parah dan pusing yang luar biasa." "Selain itu, orang-orang mulai tertidur lelap beberapa menit setelah pesawat lepas landas." "Saat berada di udara, situasi semakin memburuk sehingga membuat pilot tidak memiliki pilihan selain melakukan pendaratan darurat di Bandara Banjul sembilan menit setelah lepas landas. Hal itu berhasil dilakukan." "Jika bukan karena hal ini, konsekuensinya bisa saja jauh lebih buruk! Mengetahui apa yang bisa terjadi, jika kami terpapar pada situasi ini lebih lama lagi di dalam pesawat, kehabisan oksigen." "Kami bersyukur bahwa semua orang dalam keadaan sehat namun ini adalah situasi yang harus diatasi menjelang AFCON karena ini hanya salah satu kendala kami dalam tugas internasional." "Ini tidak dapat diterima dan harus segera dihentikan," lanjut eks pemain muda Manchester United tersebut. Pelatih Timnas Gambia, Tom Saintfiet, mengaku sangat bersyukur bisa selamat. Saintfiet menyebut bahwa dia dan tim asuhannya bisa saja meninggal bersamaan apabila penerbangan terus dilanjutkan. "Kami bisa saja mati. Kami semua tertidur dengan cepat. Saya juga. Saya bermimpi buruk tentang bagaimana hidup saya berakhir. Sungguh," kata Saintfiet. "Setelah sembilan menit, pilot memutuskan untuk kembali karena tidak ada pasokan oksigen." "Beberapa pemain tidak segera bangun setelah mendarat." "Kami hampir saja mengalami keracunan karbonmonoksida. Setengah jam lagi terbang dan kami semua akan mati," imbuhnya. Sampai saat ini, pihak penerbangan, Air Cote d'Ivoire, masih mencari solusi untuk membawa Timnas Gambia terbang ke Pantai Gading. Piala Afrika 2023 sendiri akan dimulai pada Sabtu (13/1/2024) waktu setempat atau Minggu dini hari WIB. Pertandingan pertama Piala Afrika 2023 akan mempertemukan Pantai Gading dengan Guinea-Bissau. Sementara itu, Timnas Gambia baru akan bermain melawan Senegal pada Senin (15/1/2024).
PRIA4D
0 Komentar